Senin, 05 April 2010


Indonesia Terlilit Utang Kronis
EKONOMI: Utang Pemerintah


Pengelolaan negeri ini tidak pernah dapat melepaskan diri dari kebiasaan berutang. Selain kebiasaan menyusutkan harta negara, pemerintah juga memiliki kebiasaan berutang. “Gali lobang tutup lobang” itulah pekerjaan pemerintah saat ini. Terbitkan surat utang kemudian buy back.
Utang pemerintah Indonesia saat ini mencapai Rp 972,253 trilyun untuk utang obligasi dan US$ 65,73 miliar untuk utang luar negeri. Dengan menggunakan kurs Rp 11.000/US$, maka utang luar negeri pemerintah mencapai Rp 772,920 trilyun sehingga nilai keseluruhan utang pemerintah hingga akhir Januari 2009 mencapai Rp 1.745,173 trilyun.
Sementara itu nilai pembayaran utang yang dianggarkan dalam APBN 2009 perubahan mencapai Rp 172,2 trilyun. Pembayaran ini mencakup Rp 61,6 trilyun untuk cicilan pokok dan Rp 110,6 trilyun untuk cicilan bunga. Dengan target penerimaan negara Rp 847,7 trilyun, maka pembayaran utang negara pada tahun ini memakan 20,31% pendapatan APBN, sedangkan cicilan bunga saja mencapai 12%.
Menanggapi pembengkakkan nilai utang pemerintah ini, pemerintah memandang utang luar negeri harus dilunasi. Sebagaimana diberitakan Kompas (14/3/2009), untuk melunasi utang pemerintah menempuh cara “gali lobang tutup lobang”.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto menyatakan pembayaran utang ini sudah diatur dalam mekanisme APBN.
”Untuk pembayaran bunga utang ditutup oleh anggaran belanja bunga, yang mengambil dana dari pendapatan negara. Sementara pelunasan pokok utang ditutup dari pinjaman luar negeri baru atau penerbitan SBN,” kata Rahmat Waluyanto
Dalam enam tahun ke depan (2009-20014), nilai utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo diperkirakan mencapai US$ 31,545 miliar. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, utang luar negeri pemerintah cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, utang luar negeri mencapai Rp 562 trilyun, kemudian meningkat menjadi Rp 586 trilyun pada tahun 2007. Tahun 2008 menjadi Rp 717 trilyun dan tahun 2009 membengkak menjadi Rp 746 trilyun.
Sementara itu, utang obligasi angkanya terus menanjak. Pada tahun 2001 nilainya mencapai Rp 661 trilyun sedangkan pada tahun ini jumlahnya diperikarakan mencapai Rp 920 trilyun.
Perkembangan utang Indonesia ini sangat memperihatinkan. Menurut Ketua Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan (Antara, 15/3/2009), utang pemerintah akan sangat membebani rakyat.
“Selain membebani rakyat, anggaran negara juga akan membengkak karena harus membayar utang dalam jumlah lebih besar,” kata Dani.
Utang yang dibuat pemerintah baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri adalah utang ribawi. Sedangkan riba apapun bentuknya diharamkan Allah SWT (lihat QS. al-Baqarah: 275-279, QS. al-Imran: 130, QS. an-Nisa 160-161, dan QS. ar-Rum: 39).
Dengan posisi Indonesia saat ini, maka Indonesia adalah negara pembayar riba. Rasul melaknat siapapun yang terlibat dalam masalah riba termasuk pembayar riba seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia.
“Rasulullah SAW melaknat pemakan riba (yang mengambil riba), yang membayar riba, yang menjadi pencatat dan dua orang yang menjadi saksi dan beliau bersabda: Mereka semua sama.” (HR Muslim).
Indonesia saat ini bukan saja terjebak dalam kubangan utang (debt trap), tetapi telah terlilit penyakit utang kronis. Ketergantungan pemerintah terhadap utang sangat besar meskipun utang tersebut sudah pasti membenani negara dan rakyat dalam masa depan yang suram. Utang juga telah memposisikan pemerintah tidak mandiri dan selalu di bawah bayang-bayang kepentingan asing. Dan utang ribawi yang dibuat pemerintah membuat negeri kita selalu dieksploitasi.
Mengapa takut dicap gagal oleh asing dibandingkan takut dilaknat Allah dan Rasul-Nya? [JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS / www.jurnal-ekonomi.org]

REFERENSI BERITA
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan RI (31/1/2009), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara) (2001-2009).
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan RI, Outstanding Government Securities: As of 12-Mar-09.
Republik Indonesia (2009), Mengatasi Dampak Krisis Global Melalui Program Stimulus Fiskal APBN 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar